Pimpinan Hamas Tewas di Iran, Pengamat: Seluruh Lembaga Intelijen Negara Harus Direstrukturisasi

JAKARTA l Racikan.id – Tewasnya Kepala Biro Politik Hamas Ismael Haniyeh di Teheran, Iran beberapa hari lalu menjadi sorotan banyak pihak.

Banyak pihak yang menyalahkan lemahnya intelijen Iran dalam mengantisipasi serangan Israel kepada Haniyeh yang dalam kunjungan kenegaraan tersebut berstatus sebagai tamu VVIP.

Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran (Unpad) Teuku Rezasyah mengatakan, dirinya tidak kaget dengan serangan tersebut karena Israel sangat terbiasa melakukan operasi intelijen luar negeri. 

“Mereka punya kemampuan human inteligent, satelite inteligent, kemudian punya kemampuan scientific inteligent, economic inteligent, psywar, psychological warfare, ini kita harus akui,” kata Teuku kepada JakartaNews.id di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Saat ini, jelas Teuku, Iran masih mengkaji untuk membuktikan dari mana serangan terhadap pimpinan senior Hamas tersebut berasal.

Teuku mengingatkan, Iran masih perlu membuktikan secara sahih dan mendalam bahwa Israel merupakan pelaku dari penyerangan itu.

“Hanya saat ini kan Iran masih mengkaji apakah ini dari Israel, karena Israel mengklaim itu adalah pekerjaan Iran sendiri kan? Tetapi Iran perlu membuktikan dengan penelitian yang mendalam. Terus terang berdasarkan pembacaan sirkulasi telepon, pembacaan sirkulasi informasi teknologi di kawasan itu kan bisa terlihat dari mana arah rudal itu berasal,” papar Teuku.

Menurut Teuku, kalau memang dapat dibuktikan Israel merupakan pelaku pembunuhannya, artinya negara Zionis itu memang luar biasa, sehingga Iran harus melakukan revolusi dalam dunia intelijennya. 

“Baru-baru ini kan Presiden Iran wafat saat terbang bersama helikopter, nah sekarang petinggi Hamas wafat, nah next-nya siapa lagi?,” tanya Teuku.

Berdasarkan kasus di atas, Teuku menyarankan semua lembaga intelijen negara melakukan restrukturisasi intelijen. 

“Jadi semua lembaga di dunia itu harus melakukan restrukturisasi dalam dunia intelijen mereka. Dalam man power, finance, teknik rekrutmen yang digunakan, juga penggunaan sofware yang akan digunakan,” terang Teuku.

Teuku mengimbau, jangan sampai negara besar seperti Indonesia bergantung pada software dari luar. 

“Idealnya kita bekerjasama membangun software sendiri sehingga big data intelijen kita benar-benar kita yang kendalikan,” imbuh Teuku.

Teuku juga mengingatkan Indonesia untuk benar-benar menyeleksi siapa yang masuk ke negara ini. 

“Bebas visa harus benar-benar kita seleksi sekali lagi karena jangan sampai orang yang masuk ke Indonesia orang yang kelihatannya baik tetapi berpotensi menghancurkan Indonesia,” ulas Teuku.

Teuku menilai, ide golden visa hendaknya ditinjau ulang karena orang-orang yang masuk ke Indonesia belum tentu orang yang memiliki itikad baik. 

Teuku juga berharap, para lembaga keamanan Indonesia lebih bersungguh-sungguh, sehingga sebelum para pendatang mendaftarkan diri untuk datang ke Indonesia, maka data para pendatang itu dapat terlebih dulu bisa terlacak. 

“Data-data mereka bisa kita ketahui dengan sangat detil. Kita bisa tahu bagaimana keuangan, track record, dan perubahan atas identitas mereka selama ini. Jadi Indonesia harus belajar dari pengalaman terbunuhnya pimpinan Hamas di Iran ini dengan baik-baik,” pungkas Teuku Rezasyah. (***)

Tinggalkan Balasan