racikan.id | Aktivis Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Depok Didit Nurdiansyah mengatakan, Kota Depok dilintasi beberapa sungai yang sebagian besar muaranya ke Ibukota, antara lain Ciliwung, Pesanggrahan, Angke, dan CIkeas. Selain itu ada pula aliran irigasi yang disebut sebagai Kali, seperti Kali Cabang tengah, Kali Cabang Timur dan Kali Cabang Barat.
“Kondisi ruas sungai-sungai tersebut hampir semua tingkat pencemarannya cukup tinggi dan belum layak untuk dijadikan air baku, terutama untuk konsumsi. Sumber utamanya masih di limbah rumah tangga dan beberapa pabrik tahu-tempe yang belum menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah dalam kegiatan di hilirnya,”ujar Didit selaku Ketua Koordinator Edukasi Publik Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota DepoK.
Selain kondisi sungai yang tercemar oleh limbah, lanjut Didit, Pekerjaan rumah (PR) Pemerintah kota untuk kelestarian lingkungan di Depok masih banyak, terutama masalah sampah dan Cadangan Air Tanah (CAT) yang terus menurun kualitasnya, akibat dari pengeboran air artesis secara masif oleh gedung-gedung berlantai banyak tanpa termonitor secara intens.
Dalam hal ini maka sudah selayaknya masyarakat bisa beralih untuk tidak menggunakan air bawah tanah yang berlebihan, mungkin bisa melalui air bersih yang dikelola oleh pihak PT Tirta Asasta Kota Depok.
Namun demikian jika pihak Asasta ingin menjadikan Ciliwung sebagai air baku untuk kebutuhan warga kota, sebaiknya dipikirkan ulang dulu kelebihan dan kekurangannya. Karena secara debit/ kapasitas, Ciliwung saat ini sudah jauh berkurang saat kemarau.
“PDAM DKI saja saat ini masih impor air, karena jika hanya mengandalkan air Ciliwung secara utuh, kondisinya kurang memungkinkan, baik dari baku mutu airnya maupun debitnya,” ungkap Didit.
Untuk di Depok, menurut Didit, baiknya Tirta Asasta lebih mengeksplorasi cadangan air baku dari berbagai setu yang ada. Terutama setu-setu yang sumber airnya berasal dari mata air. Seperti Setu Jatijajar. Misalnya pembuatan Instalasi Pengolahan Air (IPA) jika mengandalkan sumber air baku dari setu-setu yang ada di Depok, sangat memungkinkan dan lebih meminimalisir budget dengan tingkat resiko rendah.
Untuk Ciliwung, selama proses pengolahan sampah dan resapan air sepanjang hulunya masih belum beres, maka sangat riskan untuk dijadikan sumber air baku bagi kebutuhan warga kota Depok,
“Di Kota Depok bagian Barat, ada Setu Sawangan-Bojongsari yang sebagian besar sumber airnya berasal dari beberapa titik mata air. Di wilayah tengah, ada Setu Rawa Besar. di wilayah Timur ada Setu Jatijajar. Itu baru sebagian dari potensi Setu yang ada di Depok saat ini,”tutur Didit.
Ia berharap, kami sebagai warga kota Depok, hendaknya pemerintah kota Depok dalam merencanakan program-program pembangunan dan pengembangan Kota lebih mengedepankan aspek ekologis atau keberlanjutan di masa depan. Bukan hanya sekedar menarik para investor untuk pendanaan pembangunan, tetapi mengesampingkan social cost yang akan timbul nantinya.
“Pekejaan rumah (PR) Pemerintah kota untuk kelestarian lingkungan di Depok masih banyak, terutama masalah sampah dan Cadangan Air Tanah (CAT) yang terus menurun kualitasnya,” tandasnya. (Rivai)