Oleh: Jamiluddin Ritonga (*)
Kehadiran king maker di Pilkada Jakarta dan Jawa Tengah (Jateng) diperkirakan akan menentukan paslon yang akan menjadi pemenang. Sebab, elektabilitas paslon yang didukung masing-masing king maker tampak masih seimbang.
Di Jakarta misalnya, dari hasil survei Litbang Kompas, elektabilitas Pram-Rano 38,3 persen. Sementara elektabilitas RK-Suswono 34,6 persen. Ini artinya, perbedaan elektabilitas dua paslon tersebut tidak signifikan.
Menariknya, yang belum menentukan pilihan masih 23,8 persen. Jumlah ini sangat besar, sehingga berpeluang memenangkan paslon baik yang didukung Megawati Soekarnoputri dan Anies Baswedan maupun Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto.
Jadi, king maker baik Megawati dan Anies maupun Jokowi dan Prabowo berpeluang mempengaruhi pemilih yang belum menentukan pilihan. Mereka yang belum menentukan pilihan pada umumnya pemilih rasional dan terdidik.
Kalau dilihat dari king maker, maka Megawati dan Jokowi lebih berpengaruh kepada pemilih emosional dan kurang terdidik. Karena itu, Megawati dan Jokowi tampaknya tak akan banyak dapat mempengaruhi pemilih rasional dan terdidik.
Jadi, pertarungan mempengaruhi pemilih rasional dan terdidik justru akan terjadi antara Anies dan Prabowo. Dua sosok ini lebih diterima, sehingga lebih dapat mempengaruhi kelompok pemilih rasional dan terdidik.
Karena itu, kemungkinan besar pemilih Jakarta yang belum menentukan pilihannya, sebagian akan dapat dipengaruhi oleh Anies dan Prabowo untuk memilih paslon yang didukungnya. Sebagian lagi tampaknya akan golput.
Jadi, pertarungan king maker di Jakarta tampaknya akan terjadi antara Anies dan Prabowo. Sementara Jokowi dan Megawati kiranya kurang berperan, karena dua king maker ini lebih berpengaruh pada pemilih emosional.
Pertarungan pengaruh Anies dan Prabowo untuk menggaet pemilih yang belum menentukan pilihannya tampaknya seimbang. Karena itu, pasangan mana pun yang menang selisihnya tidak akan jauh berbeda.
Sementara di Jawa Tengah, berdasarkan hasil survei Litbang Kompas, pemilih yang belum menetapkan pilihannya masih sangat besar, yaitu 43,1 persen. Ini artinya, king maker dapat berperan besar untuk mempengaruhi yang belum menentukan pilihan.
Namun, mengingat pemilih di Jawa Tengah cenderung lebih banyak pemilih emosional, maka king maker yang berperan tampaknya ada pada Megawati dan Jokowi. Sebab, dua sosok ini lebih diterima pemilih yang emosional dan kurang terdidik.
Karena itu, pertarungan sesungguhnya antar Megawati dan Jokowi tampaknya di Jawa Tengah. Dua sosok ini berpeluang besar untuk dapat mempengaruhi yang 43,1 persen untuk memilih paslon yang didukungnya.
Baik Megawati dan Jokowi tampaknya akan berhasil menarik sebagian pemilih yang belum menentukan pilihannya untuk memilih paslon yang didukungnya. Peluangnya tampaknya akan sama besar, sehingga elektabilitas paslonnya akan meningkat tajam.
Hanya saja di Jawa Tengah ada pembeda king maker. Paslon Luthfi-Yasin didukung king maker Prabowo yang diterima pemilih rasional dan terdidik. Sementara paslon Andika-Hendi tidak didukung king maker yang diterima pemilih rasional dan terdidik.
Karena itu, sebagian pemilih rasional dan terdidik berpeluang dipengaruhi Prabowo untuk memilih Luthfi-Yasin. Namun sebagian lagi tampaknya berpeluang golput.
Jadi, meskipun saat ini elektabilitas Andika-Hendi dan Luthfi-Yasin seimbang, namun ada kemungkinan akan berubah. Kehadiran king maker Jokowi dan Prabowo kiranya dapat menaikkan elektabilitas Luthfi-Yasin. Karena itu, peluang Luthfi-Yasin menang sama besarnya dengan Andika-Hendi. Karena itu, siapa pun yang jadi pemenang selisihnya akan tipis.
Kalkulasi itu hanya berlaku bila Pilkada di Jakarta dan Jateng berlangsung jujur dan adil. Tidak ada intervensi kekuasaan dan politik uang.
*Penulis adalah Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul dan Dekan Fikom IISIP 1996-1999