Oleh: Jamiluddin Ritonga (*)
Koalisi Indonesia Maju (KIM) tampaknya tidak akan selalu satu suara dalam Pilkada serentak 2024, khususnya di provinsi yang dinilai strategis.
Hingga saat ini KIM masih kompak mengusung calon di dua provinsi, yaitu Jawa Timur dan Sumatera Utara. Di Jawa Timur KIM mengusung Khofifah – Emil, sementara di Sumatera Utara mengusung Bobby Nasution.
Di Banten, KIM terpecah. Golkar ingin mengusung Airin dan Gerindra mengusung kadernya. Di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah juga belum terlihat satu suara dalam mengusung calon.
Gejala tersebut mengindikasikan ada persaingan diantara sesama partai di KIM. Mereka ingin memaksakan kadernya yang akan menjadi cagub atau cawagub di provinsi yang strategis.
Kasus di Jawa Timur, keinginan memaksakan kadernya dapat diminimalkan karena faktor Khofifah. Ia selain bukan kader salah satu partai di KIM, juga dinilai banyak jasanya dalam memenangkan Prabowo di Jawa Timur. Hal ini tampaknya mengikat KIM untuk satu suara mengusung Khofifah.
Di Sumatera Utara, KIM satu suara mengusung Bobby karena faktor menantu Joko Widodo. Hal itu tampaknya menjadi perekat KIM mengusung Bobby.
Sementara di Banten, tidak ada perekat yang menyatukan KIM. Karena itu, yang muncul di Banten ego masing-masing partai di KIM, khususnya Golkar dan Gerindra.
Kecenderungan itu akan teeradi di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta. KIM akan terpecah bila tidak ada faktor perekat.
Namun, bila Kaesang nantinya memilih di Jawa Tengah atau Jakarta, diperkirakan KIM akan bersatu. Namun, bila Kaesang tidak maju di dua provinsi itu, maka sikut-sikutan diantara sesama KIM akan terjadi.
Gejalan itu akan menguat di Jawa Barat. Di sini tidak ada faktor perekat, sehingga Golkar dan Gerindra berpeluang terbelah dalam mengusung calon.
Jadi, KIM hanya berpeluang bersatu kalau ada faktor perekat. Tanpa itu, KIM akan jalan sendiri-sendiri sesuai kepentingannya dalam Pilkada 2024.
*Penulis adalah Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul dan Dekan Fikom IISIP 1996-1999