JAKARTA l Racikan.id – Anggota Komisi III DPR RI Rikwanto menyadari terdapat kendala dalam kerja sama penanganan penyebaran narkoba dengan negara lain.
“Ada beberapa negara di dunia ini seolah-olah narkotika menjadi aset atau pembiaran, seperti terjadi di negara-negara Golden Peacock, Golden Triangle, dan lain-lain. Di Afganistan itu petani opium menjadi profesi sehari-hari,” kata Rikwanto kepada para wartawan menyikapi beberapa kendala yang dihadapi dalam kerja sama pemberantasan peredaran narkoba dengan negara lain, Selasa (6/5/2025).
Menurut Rikwanto, kolaborasi dan kerja sama internasional dalam upaya memberantas peredaran narkoba perlu diperketat lagi.
“Jangan sampai kita mencegah dan memberantas tetapi produsen di negara-negara tersebut berjalan terus bahkan omsetnya kalau bisa diperbesar lagi,” ujar Politisi Partai Golkar ini.
Rikwanto mengungkapkan, pintu untuk memasukkan narkoba ke Indonesia banyak sekali.
“Jaga pintunya saja sudah habis anggota BNN itu, tidak cukup anggarannya juga. Kalimantan Barat, Sumatera, jalur pantainya Kalimantan Utara ke Timur belum ke arah timur lagi dan meraka akan berusaha terus ya,” tutur Alumnus Akpol 1988 ini.
Rikwanto pun mengingatkan bagi para anggota pemberantasan narkoba dari seluruh instansi yang ada jangan tergiur dengan uang hasil transaksi narkoba.
“Uang narkotika itu sangat menggiurkan. Agen-agen narkotika banyak ditempatkan di tempat-tempat yang intinya adalah untuk bagaimana mendapatkan informasi intelijen, bagaimana memberikan feedback kepada kesatuannya akhirnya larut, tenggelam, dan hanyut karena uang narkotika itu begitu menggiurkan dan besar,” ucap Rikwanto.
Menurut Legislator asal Dapil Kalsel 2 ini, hal tersebut harus menjadi atensi bagi para aparat pembasmi kejahatan narkoba.
“Jangan sampai di lingkungan instansi kita ada pengkhianat-pengkhianat secara langsung dan tak langsung. Mudah-mudahan BNN dan institusi penegak hukum lain dapat menjaga Indonesia dari penyalahgunaan dan peredaran narkoba,” pungkas Rikwanto. (***)