JAKARTA l Racikan.id – Niat Presiden Prabowo Subianto membangun reaktor nuklir dan PLTN di Indonesia mendapat sambutan baik dari Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI).
Anggota Dewan Pengarah MITI Rohadi Awaludin menyebut Indonesia memang sudah seharusnya mengembangkan teknologi nuklir untuk berbagai keperluan dasar.
Kemampuan SDM dan bahan baku penunjangnya sangat mendukung. Karena itu ide membangun reaktor nuklir untuk keperluan pembangunan PLTN merupakan langkah yang tepat.
Rohadi berharap ide Presiden Prabowo ini dapat diwujudkan dan bukan sekedar cita-cita. Untuk mewujudkan itu Presiden perlu menyusun peta jalan (road map) pembangunan industri berbasis nuklir secara komprehensif.
“Keinginan dan cita-cita Presiden agar Indonesia memiliki reaktor nuklir dan PLTN ini layak diberikan apresiasi dan perlu segera ditindaklanjuti dengan langkah langkah yang nyata untuk mewujudkannya,” kata Rohadi kepada para wartawan, Selasa (19/11/2024).
Menurut Rohadi, PLTN merupakan sistem yang kompleks.
“Membangun PLTN sendiri merupakan cita-cita yang menantang. Agar mampu membangun PLTN sendiri perlu peta jalan (roadmap) yang sistematis dan terukur,” ujar Rohadi.
Selain itu, lanjut Rohadi, diperlukan pula komitmen dan konsistensi dalam menapaki peta jalan tersebut karena proses penguasan teknologi maju ini memerlukan waktu yang tidak pendek.
Rohadi mencontohkan Korea Selatan sebagai negara yang sukses dalam membangun PLTN sendiri.
Berawal dari belum mengenal PLTN sama sekali pada era 1970-an sampai berhasil mengekspor produk PLTN ke luar negeri pada era 2000-an. Korea Selatan berhasil mengekspor 4 buah PLTN APR1400 (Advanced Power Reactor 1400) dengan daya 1345 MW ke Uni Emirat Arab. Keempat PLTN tersebut diberi nama Barakah Nuclear Power Plant. Unit pertama mulai dibangun tahun 2012 dan beroperasi pada tahun 2020,” papar Rohadi.
Rohadi menguraikan, Korea Selatan melalui 4 tahap dalam peta jalan pembangunan PLTN sendiri, yaitu pengenalan tenaga nuklir (introduction of nuclear power), promosi komponen lokal (promotion of localization), kemandirian teknologi (technology self-reliance), dan pengembangan teknologi (technology advancement).
Tahap kemandirian teknologi ditandai dengan pengembangan PLTN OPR1000 (optimized power reactor 1000) yaitu reaktor tipe PWR (pressurized water reactor, reaktor air bertekanan) dengan daya 1000 MW listrik. Sedangkan tahap technology advancement ditandai dengan pengembangan reaktor generasi III+ APR1400 yang merupakan peningkatan dari reaktor OPR1000. Selain peta jalan yang sistematis dan terukur, diperlukan pula penguatan 4 pilar teknologi, yaitu humanware, orgaware, technoware dan infoware,” papar Rohadi.
Keempat pilar ini perlu terus diperkuat seiring dengan langkah menapaki peta jalan Pembangunan PLTN sendiri.
Dari 4 pilar tersebut, jelas Rohadi, kunci utama ada 2 pilar pertama berupa humanware dan orgaware, yaitu menyiapkan SDM yang mumpuni dan disinergikan dalam organisasi kenukliran yang kokoh dan lincah.
“Dan untuk melaksanakan tahapan kerja tersebut diperlukan lembaga seperti BATAN. Karena itu Presiden perlu membangun kembali BATAN yang sebelumnya dilebur ke dalam BRIN,” ujar ilmuwan penerima beasiswa Habibie ini. (***)