JAKARTA l Racikan.id – Ide Presiden Prabowo Subianto mewajibkan menteri dan pejabat pemerintahannya menggunakan mobil Maung produksi PT. Pindad sebagai kendaraan dinas layak diapresiasi.
Pembina Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Mulyanto menilai kebijakan tersebut merupakan langkah awal yang baik dalam rangka menghidupkan kembali industri berbasis teknologi dalam negeri yang beberapa saat lalu mati suri.
Mulyanto berharap kebijakan ini dapat mendorong lahirnya inovasi baru lain yang dapat menggerakan ekonomi Nasional.
“Apalagi modal untuk menghidupkan kembali industri berbasis teknologi sangat memadai. Yang dibutuhkan saat ini hanya komitmen (political will) Pemerintah untuk terus mengembangkan kemajuan dunia riset dan teknologi,” ujar Mulyanto.
“Gebrakan awal Presiden Prabowo ini sangat bagus untuk mendorong industri nasional yang tengah lesu. Kebijakan tersebut cukup baik dan layak didukung, ketimbang malah menambah ketergantungan pada impor seperti kasus mobil listrik,” tambah Mulyanto.
Mulyanto melihat secara tidak langsung kebijakan ini menunjukkan PT. Pindad sebagai BUMN industri strategis yang dibentuk semasa Bapak Habibie masih tetap produktif baik untuk menghasilkan produk kebutuhan militer maupun sipil.
PT. Pindad mampu menghasilkan produk berkualitas, bermanfaat dan dibutuhkan bangsa ini. Karena itu kebijakan ini memiliki nilai strategis yang cukup besar.
“Memang sudah saatnya presiden Prabowo mendorong pertumbuhan industri nasional berbasis riset dan inovasi di masa-masa yang akan datang, agar produk dalam negeri kita semakin berdaya saing dan bernilai tambah tinggi, sehingga kita mendapatkan devisa yang tinggi. Termasuk juga dengan program hilirisasi sumber daya alam,” ujar Anggota Komisi Energi DPR RI Periode 2019-2024.
Untuk menunjang hal tersebut Mulyanto berharap Pemerintahan Prabowo terus melakukan penguatan kelembagaan Iptek dengan kembali merevitalisasi kelembagaan Batan, Lapan, BPPT dan LIPI.
Prabowo, tegas Mulyanto, perlu menata kembali Kawasan Industri dan Teknologi Serpong agar menjadi lebih optimal.
“Kalau kondisi seperti sekarang ini dibiarkan maka laboratorium uji dan pengukuran di kawasan Puspiptek Serpong bisa jadi besi tua dan kemampuan SDM tidak termanfaatkan,” tandas Mulyanto. (***)