Site icon Racikan.id

Guspardi Gaus: Fenomena Kotak Kosong Masih Menghantui Pilkada 2024 

JAKARTA l Racikan.id – Anggota Komisi II DPR RI Guspardi Gaus mengungkapkan kekhawatirannya mengenai potensi munculnya calon tunggal yang masih menghantui perhelatan Pilkada serentak 2024.

“Tentu fenomena calon tunggal memprihatinkan bagi kita sebagai masyarakat jika dalam memilih calon kepala daerah harus memilih diantara kotak kosong,” ujar Guspardi kepada para wartawan, Rabu (7/8/2024). 

Menurut Guspardi, untuk dapat mengusulkan calon kepala daerah dibutuhkan 20 persen kursi dari total keseluruhan kursi di DPRD atau 25 persen suara sah. 

“Jika ada paslon yang sudah mendapatkan dukungan melampaui 75 persen, maka bisa dipastikan tidak akan ada calon kedua alias pilkada akan melawan kotak kosong,” ujar politisi PAN ini.

Guspardi menyampaikan, berdasarkan catatan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), diperkirakan terdapat 53 calon tunggal dalam pilkada di 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota tahun ini. 

Guspardi menilai, data ini sangat memprihatinkan, karena dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak seharusnya calon kepala daerah yang maju bisa lebih dari satu.

“Saya pribadi tidak setuju dengan calon tunggal jadi jalan pintas memastikan kemenangan pilkada 2024. Namun begitu, karena belum ada aturan yang melarang, jadi sah-sah saja,” ulas Anggota Baleg DPR RI ini.

Oleh karena itu, imbau Legislator asal Dapil Sumbar 2 ini, perlu dirancang sebuah regulasi yang mengatur tentang pendaftaran calon kepala daerah yang akan bertarung dalam pilkada tidak dibenarkan jika hanya diikuti oleh paslon tunggal. 

“Bagaimanapun demokrasi yang sehat harus dijaga salah satunya dengan cara memilih calon pemimpin diantara pemimpin, bukan memilih pemimpin antar kotak kosong. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan dan disikapi,” pungkas Guspardi Gaus.

Sementara itu, Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Idham Holik sebelumnya telah mengatakan, calon tunggal pada Pilkada 2024 adalah sah.

“Namun, mudah-mudahan jumlahnya tidak banyak, sehingga masyarakat di daerah memiliki alternatif pilihan politik,” ujar Idham. (***)

Exit mobile version